cerita sehabis azan subuh II

''demi masa manusia sentiasa dalam rugi melainkan mereka yang tahu''



pengucapan dari lidah keluar melalui hati dengan sangkaan-sangkaan yang baik-baik ditimbang oleh akal yang sihat. anggur yang tertumpah kedalam lohong tekakmu membasahkan kering jiwa. kami berjalan digaris bawah memasuki lobang cahaya sambil menaburkan salam pada malaikat dan roh yang bergentayangan, mensyukuri pada tubuh yang diberi nikmat oleh sang maha hidup.


melayang pari-pari dengan bau-bauan seribu wangian, putih kuning keemas emasan. kami hidup pada kehidupan sang hidup, kami berjanji pada tanah yang membalut luaran roh kami, kami berjanji pada air yang menguatkan tulang-tulang kami, kami berjanji pada api yang menjadi darah dalam tubuh hina ini dan kami juga berjanji pada nafas yang keluar masuk melalui rongga duniawi.


ketika aku disentuh oleh Mu aku tidak bisa berhenti mencatatkan semua ini, ooo demi zeus yang maha adil, ooo demi sang dewa yang agung ooo demi pemilik yang maha memiliki, kami disini kehilangan tongkatMu.


selepas jauh jarak matahari dengan bulan kami tinggalkan, sehabis anggur yang membuat basah pada kering jiwa kami, bergemalailah cenderawasih beribu-ribuan banyaknya mencari cermin buat menzahirkan rupa, bersayap sayap mengibar diatas kepala kami dan mengeluarkan bunyi hu..hu..hu


HUUU..HUUU..HUUU bagaikan pesta keriangan pula pabila jutaan para syahid serta pari-pari yang begitu tidak terkira banyaknya melafazkan kalimah ALLAH lalu berselang selilah kedua-duanya, yang dari kejadian itu telah membuatkan kami berfikir dan berzikir lebih dalam secara tidak sengajanya. tercetuslah dari hati kami menyatakan bahawa inilah tongkat yang kita cari selama-lama ini dan kami dengan sengaja dan riangNya bergembira menari sambil menyanyikan HU ALLAH HU ALLAH HU..... sepanjang perjalanan menuju pulau abadi.