Selasa, 14 Desember 2010

jalaluddin rumi dan mozart bersatu


sebenarnya seorang penulis itu harus mesti terus menulis walau apa saja cerita atau bahan tulisan yang akan dipaparkan walau mengenai kehidupan kematian hayat cinta oambak pasir lautan burung burung elang rimba denai guruh petir bintang bintang malam dan rembulan hijrah gagal atau kebahagian lahir batin nikah kawen politik sosial dan walau apa saja bentuk tulisannya nanti bukanlah harapan untuk dibaca atau mungkin hanya sedikit yang menilai keberaniannya maupun kejujurannya bahkan tipu helah dalam penulisannya namun semua itu hanya untuk dirinya sendiri, meskipun kadangkala ada yang mengerti bait-bait kata atau pengungkapan bahasa yang dimuatkan dalam sesebuah penulisannya itu. maka bagi seorang penulis seharusnyalah dia terus menulis biar gelora dalam dadanya terbongkar biar cerita yang bodoh2nya yang dibicarakannya tapi ternyata ada kebahagian saat dia menurunkan walau sepatah kata.


aku berlindung pada allah dari syaitan yang direjam...ya nabi ya salamunalaik buat roh2 yang telah kembali, bagi sedetik hati yang bicara biarlah ada ganda nikmat buat hidupku dan perjalanan kembali ku semakin hampir, jaraknya hanya dua jari telunjuk dan jari tengahku. ya buat hari ini aku masih bernafas untuk mencatatkan kalam tuhanku.


selepas anggur merah yang kau hidangkan dalam cangkir2 yang berkarat itu kita nikmati, kita pun menyelami kealam terang hijab. nabi berkata ''lepaslah....lepaskanlah resah kalian pada tuhan allah.''


burung-burung dan ombak lautan mendamaikan,... selepas terbit fajar nanti hiduplah seperti biasa, ya nabi berkata ''hiduplah seperti biasanya kalian..sesudah mengenal''


bagaikan rumi yang terjun dalam api tarian cintanya dan mozart yang naif mengalirkan kalam melalui nada yang indah, aku berlindung dihatimu waktu tenggelamnya thursina ditutupi matahari senja yang gemilang.



aku haus...

nik jidan

nik jidan
1

kudrat

rasa

Pengikut

Arsip Blog